• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 23 Juli 2018


Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Outdoor Study Pada Materi Kenampakan Alam Dan Buatan Serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia Di Kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling Tahun Pelajaran 2018/2019”.
PROPOSAL
DISUSUN OLEH
PETRUS HANDRIANUS DUA
NIM: 1506061059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSADA KHATULISTIWA
SINTANG
2018
BAB I
PEMDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Sekolah merupakan tempat formal yang memiliki komponen antara lain  guru, siswa dan materi pelajaran yang diajarkan, dalam pembelajaran guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memberikan materi pelajaran supaya kegiatan belajar mengajar lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang mengarahkan siswa melakukan aktivitas belajar secara efektif dan efisien.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di Sekolah Dasar (SD). Etin Solihatin (dalam Agustika, 2016: 4) berpendapat bahwa mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapi. Adanya mata pelajaran IPS maka diharapkan siswa memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan pertimpangan dan terampil mengatasi masalah yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka siswa perlu mendapatkan arahan dan bimbingan dari guru untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai.
Motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh. Namun, tidak semua siswa memiliki motivasi belajar dalam waktu yang sama. Siswa
yang memiliki motivasi belajar senantiasa memiliki rasa ingin tahu dan segera memikirkan berbagai upaya untuk mencari jawaban sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Siswa yang kurang termotivasi untuk belajar, cenderung malas mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya, pemahaman konsep siswa kurang sehingga tujuan pembelajaran tidak maksimal. Hal tersebut menuntut guru sebagai pengelola kelas dapat menyediakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan dengan sumber belajar yang sesuai.
Pengelolaan kelas juga dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktifitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Selain itu, sumber belajar yang dipakai guru dalam proses pembelajaran hanya buku yang ada di sekolah tidak menyarankan kepada siswa untuk membeli buku yang lain..
Sebaiknya guru meminta siswa untuk melakukan percobaan atau pengamatan agar siswa lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran. Dengan begitu siswa lebih mudah untuk memahami setiap materi yang telah diajarkan. Oleh sebab itu, guru di tuntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memicu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkanya keterampilan bepikir siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan model pembelajaran outdoor study. Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru agar motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dapat ditingkatkan. Pembelajaran juga tidak sepenuhnya terpusat pada guru sehingga memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif dan kreatif. Berdasarkan hasil praobservasi, diketahui bahwa selama ini motivasi belajar siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran IPS.
Hal itu disebabkan guru mengajar hanya dengan ceramah dan penugasan, sehingga siswa merasa jenuh, bosan dan kurang dalam motivasi belajarnya. Hasil belajarnya pun jauh dari memuaskan, berdasarkan nilai semester ganjil didapat nilai rata-rata hanya 58,7%. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa siswa yang mencapai KKM hanya 28,57% dan yang belum mencapai KKM sebanyak 71,42%. Hasil belajar yang rendah, membuat penulis tergugah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran outdoor study yang berguna untuk menciptakan keaktifan siswa serta dapat menumbuhkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa yang memuaskan. Karena model pembelajaran tersebut dapat menjadi pembelajaran yang menarik.
Sehingga pembelajaran tidak didominasi oleh guru, dan tercipta proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Outdoor Study Pada Materi Kenampakan Alam Dan Buatan Serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia Di Kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Setelah melakukan pra observasi, maka situasi sosial yang ditetapkan sebagai tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 10 Tanjung Keliling. Sebagai situasi sosial sekolah ini terdapat orang-orang yang menjadi sasaran dari penelitian ini, yakni siswa. Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian adalah:
1. Penerapan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
2. Penerapan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
3. Peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
4. Peningkatan hasil belajar kogniftif siswa melalui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
5. Respon siswa dalam hasil belajar kognitif siswa melaui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran outdoor study dapat membantu upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Buatan Serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia Di Kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun pelajaran 2018/2019. Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019?
3. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019?
4. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar kogniftif siswa melalui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019?
5. Bagaimanakah respon siswa dalam hasil belajar kognitif siswa melaui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Didalam suatu kegiatan mencari dan mengumpulkan informasi tentunya merupakan tujuan penelitian yang utama. Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa melalui penerapan strategi pembelajaran model pembelajaran outdoor study.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan permasalah an yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
b. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
c. Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
d. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar kogniftif siswa melalui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
e. Mendeskripsikan respon siswa dalam hasil belajar kognitif siswa melaui model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling tahun 2018/2019.
E. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua manfaat dari penelitian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, di antaranya:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan wawasan ilmu pengetahuan, dengan hasil penelitian juga dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan aktualisasi dan dapat memberikan masukan terutama yang berkaitan dengan meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa melalui penerapan model pembelajaran outdoor study.
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa melalui hasil penelitian ini siswa memiliki kemampuan dalam motivasi dan hasil belajar kognitif siswa melalui model pembelajaran outdoor study dan dapat meningkatkan prestasi serta apresiasi terhadap pelajaran IPS.
a. Bagi Siswa
1) Dengan penerapan model pembelajaran outdoor study ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS.
2) Dapat melatih siswa belajar dalam kelompok.
b. Bagi Guru
Bagi guru hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dan cara belajar yang efektif dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran outdoor study.
c. Bagi Sekolah
Memberikan informasi kepada pihak sekolah dan guru tentang penerapan model pembelajaran outdoor study, sehingga dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran di sekolah.
d. Bagi Lembaga STKIP Persada Khatulistiwa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bermanfaat bagi mahasiswa dalam upaya membuat proposal dan skripsi yang berkenaan dengan model pembelajaran outdoor study.
e. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan, mengembangkan dan menambah pengetahuan penulis tentang model pembelajaran outdoor study. Hasil penelitian ini sebagai pengalaman baru dan pengetahuan untuk pengembangan profesi di masa yang akan datang.
F. Defenisi Istilah
Defenisi istilah yang terdapat dalam judul peningkatan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan model pembelajaran outdoor study pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling Tahun Pelajaran 2018/2019 sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (dalam Mendari, 2015: 2-3) motivasi sangat diperlukan di dalam belajar (motivation is an essential condition of learning), hasil belajar akan optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sartain (dalam Rafiqah, 2012: 4) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan. Tujuan adalah yang membatasi atau menentukan tingkah laku organisme itu.
2. Hasil Belajar Kognitif Siswa
Hamalik (2013: 30) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau pelatihan, perubahan yang terjadi dapat diamati melalui beberapa aspek diantaranya; 1) Pengetahuan; 2) Pengertian; 3) Kebiasaan; 4) Keterampilan; 5) Apresiasi; 6) Emosional; 7) Hubungan Sosial; 8) Jasmani; 9) Etis atau Budi Pekerti; dan 10) Sikap. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti yaitu hasil belajar dari ranah kognitif.
3. Model Pembelajaran Outdoor Study
Menurut Kajarwati (dalam Mu’milah, 2014: 61) model pembelajaran outdoor study adalah model pembelajaran dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkunganya. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran outdoor study merupakan suatu kegiatan menyampaikan pelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan atau aktivitas belajar-mengajar berlangsung di luar kelas atau di alam bebas. Metode outdoor study dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaannya guru harus bisa membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap hal yang akan dipelajari diluar kelas, serta cara menggerakkan tingkah laku, mengarahkan, dan memperkuat tingkah laku para siswa di luar kelas. Jika guru mampu bersikap demikian, maka peserta didik bisa mendapatkan motivasi penuh dalam pembelajaran di luar kelas menunjukkan minat, semangat, dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran yang diberikan di luar tanpa mengurangi keseriusan belajar karena faktor alam bebas.
4. Materi Kenampakan Alam Dan Buatan Serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia
a. Kenampakan Alam di Indonesia
Wilayah negara Indonesia terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sabang adalah sebuah kota pelabuhan yang terletak di Pulau We, ujung paling barat laut dari wilayah negara kita. Merauke adalah kota kabupaten di Provinsi Papua bagian timur.Menurut para ahli, wilayah Indonesia menduduki urutan ke-14 terluas di dunia. Sementara di kawasan Asia berada pada urutan ke-4 setelah RRC, India, dan Arab Saudi. Luas daratan Indonesia adalah 1,9 juta km² dan luas lautan 7,9 juta km² (termasuk Zone Ekonomi Ekslusif).
Bentuk muka bumi wilayah daratan dapat berupa pantai, dataran rendah, pegunungan, dataran tinggi, dan gunung. Adapun wilayah perairan, meliputi sungai, danau, rawa, selat dan laut.
b. Kenampakan Buatan di Wilayah Indonesia
Suatu lingkungan tentu akan mengalami perubahan. Manusia mengubah lingkungan alam sekitar menjadi lingkungan buatan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan kita sebagai manusia tidak terbatas. Manusia juga memerlukan kebutuhan tambahan, seperti kemudahan transportasi. Untuk memenuhi kebutuhan itu, manusia memerlukan lahan yang sangat luas. Beberapa kenampakan buatan, di antaranya waduk atau bendungan, kawasan industri atau pabrik, permukiman, perkebunan, sarana transportasi baik di darat, laut atau udara.
c. Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia
Garis yang tampak pada globe adalah garis lintang (paralel) dan garis bujur (meridian). Garis lintang adalah garis khayal yang melingkari bumi, seolah membelah bumi menjadi belahan bumi bagian utara atau Lintang Utara (LU) dan belahan bumi bagian selatan atau Lintang Selatan (LS). Garis bujur adalah garis khayal membujur yang membelah bumi menjadi belahan barat atau Bujur Barat (BB) dan belahan timur atau garis Bujur Timur (BT). Belahan garis Bujur Barat (BB) dan garis Bujur Timur (BT) berpusat pada 08 yang melalui Kota Greenwich dekat London, Inggris. Oleh karenanya, kota itu ditetapkan sebagai penentu waktu internasional.
1) Waktu Indonesia Barat (WIB)
2) Waktu Indonesia Tengah (WITA)
3) Waktu Indonesia Timur (WIT)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Menurut Sardiman (dalam Mendari, 2015: 2-3) motivasi sangat diperlukan di dalam belajar (motivation is an essential condition of learning), hasil belajar akan optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sartain (dalam Rafiqah, 2012: 4) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan. Tujuan adalah yang membatasi atau menentukan tingkah laku organisme itu. Peranan motivasi dalam belajar sangat besar pengaruhnya untuk menentukan arah belajar dan tujuan belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Sardiman (dalam Rafiqah, 2012: 4) yang menyatakan Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Motivasi belajar dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman, (dalam Rafiqah, 2012: 4) menyatakan bahwa motivasi instristik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dari dalam diri seseorang sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi eksrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi. Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswanya, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila dosen memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
b. Indikator Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada siswa2siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hamzah B. Uno (dalam Elmirawati, 2013: 108) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Sardiman A.M (dalam Elmirawati, 2013: 108) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas.
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas puas).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, politik, ekonomi dan lain-lain).
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan pada hal-hal yang rutin (hal-hal yang berulang-ulang begitu saja)
6) Dapat mempertahankan pendapatnya.
2. Hasil Belajar Kogintif
a. Pengertian Belajar
Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut Robbins (dalam Mendari, 2015: 2) pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang bersifat permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan dan dapat dipandang sebagai salah satu ukuran keberhasilan siswa dalam pendidikan di sekolah. Beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli diantaranya: menurut Djamarah (dalam Fitri, 2014: 18) hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah menyangkut pengetahuan, kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian. Menurut Sudjana (dalam Firmansyah, 2015: 37) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami proses belajarnya.
Jadi, berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dinyatakan dengan skor/nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar setelah proses pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian hasil belajar penting dilakukan sebab hasil belajar sebagai ungkapan dan perwujudan hasil dari pelaksanaan pembelajaran.
c. Pengertian Hasil Belajar Kognitif
Menurut Hamalik (2013: 30) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti rangkaian pembelajaran atau pelatihan, perubahan yang terjadi dapat diamati melalui beberapa aspek diantaranya; 1) Pengetahuan; 2) Pengertian; 3) Kebiasaan; 4) Keterampilan; 5) Apresiasi; 6) Emosional; 7) Hubungan Sosial; 8) Jasmani; 9) Etis atau Budi Pekerti; dan 10) Sikap.
Sedangkan menurut Purwanto (dalam Nurbudiyani, 2013: 16) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal melainkan kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau tingkat. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam individu akibat dari usaha yang dilakukan atau interaksi individu dengan lingkungannya. Hasil individu dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan secara bertahap selama proses belajar mengajar itu berlangsung. Evaluasi dapat dilakukan pada awal pelajaran, selama pelajaran berlangsung atau pada akhir pelajaran.
Selanjutnya Hamalik (2014: 159) mengatakan bahwa evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evalusai yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar biasanya menggunakan suatu test.
Gagne (Sudjana, 2009: 22) mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Menurut  Bloom (Arikunto, 2013: 131-133) ranah  kognitif terdiri  6  kategori  yaitu  mengingat (CI),  pemahaman (C2),  penerapan (C3),  analisis (C4),  evaluasi  (C5), dan create (berkreasi) (C6). Bloom (Arikunto,2013: 131-133) menjelaskan C1 sampai C6 yaitu:
1) Mengingat meliputi mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi dan menemukan kembali.
2) Memahami meliputi menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan dan menjabarkan.
3) Menerapkan meliputi melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan dan mendeteksi.
4) Menganalisis meliputi menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, membedakan, menyamakan, membandingkan dan mengintegrasikan.
5) Mengevaluasi meliputi menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan dan menyalahkan.
6) Berkreasi meliputi merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah dan menggubah.
Bloom (Sardiman, 2014: 23) mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokan kedalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
1) Kognitif Domain: yaitu terdiri dari pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, menguraikan, menentukan, hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, menilai dan menerapkan.
2) Affektive Domain: yaitu terdapat beberapa tipe belajar yaitu sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, dan karakteristik.
3) Psychomotor Domain: yaitu hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan yakni gerakan refleks, keterampilan dalam gerakan-gerakan dasar, keterampilan dibidang fisik, gerakan-gerakan skill.
Berdasarkan dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif merupakan pencapaian bentuk perubahan tingkah laku atau perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif berupa pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, menguraikan, menentukan, hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, menilai dan menerapkan selama proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.
d. Indikator Hasil Belajar Kognitif
Indikator hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu kepada indikator berdasarkan aspek kognitif Usman (Jihad 2012: 34-35) sebagai berikut:
1) Ingatan/Recall
Mengacu kepada kemampuan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai teori-teori yang sukar. Pada aspek ini siswa diarahkan untuk mampu dalam belajar dengan cara mengingat. Daya ingat dalam diri seseorang terkadang banyak dipengaruhi oleh faktor intelegensi. Seorang siswa satu dengan yang lainnya, tentu memiliki tingkat intelengesi yang berbeda sehingga daya serap ingatan pun juga berbeda. Istilah lainnya yang menjadi pemicu siswa kurang ingatannya adalah berkaitan dengan istilah “Lupa” (Djamarah 2008: 206). Lupa merupakan istilah popular dikalangan masyarakat dan bahkan setiap waktu pasti orang-orang sering kali mengidap penyakit lupa.
2) Pemahaman
Pada aspek pemahaman dalam sebuah proses belajar mengajar, lebih diarahkan pada pola siswa untuk mendengarkan dan mencerna materi yang dijelaskan guru. Aspek pemahaman yaitu mengacu kepada kemampuan memahami makna materi atau menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.Aspek ini satu tingkat diatas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir rendah.
Dalam proses belajar mengajar tingkat pemahaman merupakam aspek kedua setelah ingatan, dimana dalam menumbuhkan tingkat pemahaman siswa menjadi lebih baik diperlukam sebuah upaya guru untuk mampu mengarahkan belajar siswa melalui latihan untuk menerjemahkan secara detil materi pelajaran, dan menerangkan pengertian yang lebih mudah untuk dipahami siswa dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
3) Penerapan
Tahap perencanaan yaitu mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada pemahaman. Pada aspek penerapan ini siswa diarahkan agar mampu memperhitungkan, mendemontrasikan, mengembangkan, menggunakan, menghubungkan dan menangani.
4) Analisis
Yaitu mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan bagian lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
5) Sintesis
Pada tahapan ini yaitu mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tigkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi dari pada kemampuan sebelumnya.
6) Evaluasi
Tahapan evaluasi ini yaitu mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suatu kriteria. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi. aspek evaluasi yaitu kemampuan menyimpulkan, mengkritik, mendukung, menerangkan, membandingkan, membenarkan dan mendeskripsikan secara keseluruhan apa yang sudah dipelajari. Tahap evaluasi ini juga merupakan sebagai tahap akhir sebuah pembelajaran dengan mengacu pada hasil yang diperoleh kemudian dilakukan sebuah refleksi untuk melakukan sebuah kesimpulan akhir.
3. Model Pembelajaran Outdoor Study
a. Pengertian Model Pembelajaran Outdoor Study
Menurut Kajarwati (dalam Mu’milah, 2014: 61) model pembelajaran outdoor study adalah model pembelajaran dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkunganya. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran outdoor study merupakan suatu kegiatan menyampaikan pelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan atau aktivitas belajar-mengajar berlangsung di luar kelas atau di alam bebas. Model pembelajaran outdoor study dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
Dalam pelaksanaannya guru harus bisa membangkitkan atau membangun motivasi siswa terhadap hal yang akan dipelajari diluar kelas, serta cara menggerakkan tingkah laku, mengarahkan, dan memperkuat tingkah laku para siswa di luar kelas. Jika guru mampu bersikap demikian, maka peserta didik bisa mendapatkan motivasi penuh dalam pembelajaran di luar kelas menunjukkan minat, semangat, dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran yang diberikan di luar tanpa mengurangi keseriusan belajar karena faktor alam bebas.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Outdoor Study
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Kurniawati, 2015: 4), langkah-langkah penerapan metode Outdoor Study terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1) Tahap persiapan terdiri dari: (a) merumuskan tujuan pembelajaran, (b) guru menyiapkan tempat dan media yang ada di luar lingkungan, (c) menentukan cara belajar siswa.
2) Tahap pelaksanaan terdiri dari: (a) guru menjelaskan materi, (b) siswa memperhatikan penjelasan guru di dalam kelas, (c) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (d) guru menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk belajar di luar kelas, (e) siswa mengamati objek studi atau melakukan aktivitas sesuai yang diarahkan oleh guru.
3) Tahap evaluasi meliputi: (a) guru dan siswa membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan di dalam kelas, (b) guru dan siswa menyimpulkan materi yang diperoleh serta dihubungkan dengan bahan pengajaran bidang studi, (c) guru meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar, (d) guru memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya, (e) guru memberikan tugas pekerjaan rumah.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Outdoor Study
Kelebihan model pembelajaran outdoor study menurut Sudjana (dalam Sejati, 2016: 81) ada enam, yaitu
1) Meningkatkan kapasitas belajar siswa.
2) Mengungkap fakta dan memperoleh data di lapangan.
3) Mendorong motivasi belajar siswa.
4) Mengembangkan kemampuan fisik-sosial.
5) Menjadikan belajar siswa bermakna.
6) Metode cocok diterapkan pada mata pelajaran Geografi.
Kekurangan model pembelajaran outdoor study Menurut Harini, dkk menurut Sudjana (dalam Sejati, 2016: 81) yaitu
1) Guru repot mengatur/mengelola pembelajaran ketika di lapangan dan membutuhkan biaya perjalanan.
2) Guru kurang bisa mengawasi siswa dalam melakukan survei lapangan
4. Materi Kenampakan Alam Dan Buatan Serta Pembagian Wilayah Waktu Di Indonesia
a. Kenampakan Alam di Indonesia
Wilayah negara Indonesia terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sabang adalah sebuah kota pelabuhan yang terletak di Pulau We, ujung paling barat laut dari wilayah negara kita. Merauke adalah kota kabupaten di Provinsi Papua bagian timur.Menurut para ahli, wilayah Indonesia menduduki urutan ke-14 terluas di dunia. Sementara di kawasan Asia berada pada urutan ke-4 setelah RRC, India, dan Arab Saudi. Luas daratan Indonesia adalah 1,9 juta km² dan luas lautan 7,9 juta km² (termasuk Zone Ekonomi Ekslusif).
Letak Indonesia secara geografis di antara dua Samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia juga diapit oleh dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Adapun letak Indonesia secara astronomis adalah antara 68⁰ LU-118⁰ LS dan 958⁰ BT-1418⁰ BT. Batas-batas wilyah negara Indonesia adalah bagian utara berbatasan dengan Malaysia, Singapura, dan Filipina. Bagian timur berbatasan dengan Papua Nugini dan Samudra Pasifik, serta Timor Leste. Bagian selatan berbatasan dengan Australia dan Samudra Pasifik. Bagian barat berbatasan dengan Samudra Hindia.
Bentuk muka bumi wilayah daratan dapat berupa pantai, dataran rendah, pegunungan, dataran tinggi, dan gunung. Adapun wilayah perairan, meliputi sungai, danau, rawa, selat dan laut.
1) Pantai adalah perbatasan antara daratan dan lautan. Panjang garis pantai wilayah Indonesia berkelok-kelok, lebih dari 81.497 km². Hal itu termasuk salah satu garis pantai terpanjang di dunia. Keadaan pantai di Indonesia tidak sama, antara lain disebabkan oleh abrasi dan gelombang laut. Oleh karena itu, pantai ada yang curam dan landai.
2) Dataran Rendah adalah bentangan tanah datar yang sangat luas pada ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan laut. Meskipun letaknya dekat daerah pantai, tetapi mata pencarian penduduknya berbeda-beda.
3) Pegunungan adalah rangkaian gunung atau daerah yang bergunung-gunung. Tinggi Pegunungan lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Wilayah Indonesia Merupakan pertemuan dari dua deret atau rangkaian pegunungan dunia, yaitu rangkaian Pegunungan Mediterania Dan Pegunungan Sirkum Pasifik.
4) Dataran Tinggi adalah dataran yang ketinggiannya di atas 600 m di atas permukaan laut. Dataran ini terletak di daerah pegunungan atau dikelilingi oleh perbukitan sehingga udaranya sejuk dan segar. Dataran tinggi di Pulau Sumatera membentang di bagian tengah sejajar dengan Pengunungan Bukit Barisan. Dataran tinggi di Sumatera, antara lain Dataran Tinggi Pasai, Alas, dan Gayo (Aceh), serta Dataran Tinggi Karo (Sumatera Utara).
5) Gunung merupakan bukit yang sangat besar dan tinggi. Tinggi gunung biasanya lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Wilayah Indonesia memiliki banyak gunung, baik gunung yang berapi maupun yang tidak berapi.
6) Sungai merupakan bagian dari permukaan bumi yang rendah dan dialiri oleh air. Air itu mengalir dari dataran tinggi (hulu sungai) menuju dataran rendah dan bermuara di laut.
7) Danau adalah permukaan bumi berupa cekungan yang sangat luas dan digenangi air. Terbentuknya danau ada yang berasal dari letusan gunung berapi disebut danau vulkanik, seperti Danau Kerinci, Danau Kelimutu (Flores), Danau Lamongan (Jawa Timur). Danau tektonik adalah danau yang terbentuk akibat adanya pergeseran muka bumi. Seperti, Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Tempe (Sulawesi), dan Danau Singkarak. Adapula danau buatan, yaitu danau yang sengaja dibuat manusia, di antaanya Jatiluruh (Jawab Barat).
8) Rawa merupakan tanah yang digenangi air. Umumnya terdapat di daerah dekat sungai atau pantai. Di sebuah rawa banyak terdapat tumbuhan air. Daerah rawa-rawa banyak dijumpai di daerah pesisir timur Pulau Sumatera, Kalimatan Selatan bagian barat, serta Papua bagian barat dan selatan.
9) Selat adalah laut yang sempit di antara dua pulau. Negara kita dikenal sebagai Negara Maritim karena memiliki wilayah laut yang luas. Letak Indonesia yang dibatasi oleh lautan luas menjadikan jarak antara satu pulau dengan lainnya. Oleh karena itu, kita memiliki banyak selat.
10) Laut adalah bagian permukaan bumi paling rendah dan luas yang digenangi air asin. Laut sebagai penghubung antar-pulau. Kedalaman laut di Indonesia berbeda-beda, ada yang dangkal dan dalam.
b. Kenampakan Buatan di Wilayah Indonesia
Suatu lingkungan tentu akan mengalami perubahan. Manusia mengubah lingkungan alam sekitar menjadi lingkungan buatan untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan kita sebagai manusia tidak terbatas. Manusia juga memerlukan kebutuhan tambahan, seperti kemudahan transportasi. Untuk memenuhi kebutuhan itu, manusia memerlukan lahan yang sangat luas. Beberapa kenampakan buatan, di antaranya waduk atau bendungan, kawasan industri atau pabrik, permukiman, perkebunan, sarana transportasi baik di darat, laut atau udara.
1) Waduk atau Bendungan merupakan kenampakan buatan yang diciptakan manusia dengan cara membendung aliran sungai. Sebagian besar pemanfaatan waduk tidak hanya untuk pengairan sawah dan perkebunan saja, tetapi juga untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Contohnya, Bedungan Jatiluhur, Saguling, dan Cirata yang membendung aliran Sungai Citarum di Jawa Barat; Bendungan Gajah Mungkur di Jawa Tengah; dan Bendungan Asahan di Sumatra Utara. Waduk atau Bendungan ini juga dapat dimanfaatkan untuk perikanan air tawar, cadangan air, pengendali banjir, serta objek wisata.
2) Kawasan Industri. Dikatakan sebagai kawasan industri karena merupakan daerah yang digunakan khusus untuk kegiatan industri. Oleh karena itu, di daerah ini banyak terdapat pabrik. Pembangunan kawasan industri dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu diharapkan membuka kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di setiap daerah. Beberapa pabrik besar di Indonesia, antara lain Pabrik Semen Gersik di Jawa Timur, PT. Dirgantara Indonesia yang memproduksi pesawat terbang di Bandung, Pabrik Baja Krakatau Steel di Cilegon, Pabrik Ban Good Year di Bogor, dan lain sebagainya.
3) Permukiman. Dibangunnya kenampakan buatan berupa permukiman karena dapat memberikan beberapa manfaat. Contohnya, daerah permukiman penduduk, daerah perkantoran dan daerah pertokoan. Di kota-kota besar, pembangunan untuk sarana pendidikan di setiap jenjang sudah ditata dengan sebaik-baiknya. Hal itu memudahkan sarana transportasi untuk menjangkaunya.
4) Perkebunan merupakan daerah hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk dimanfaatkan hasilnya. Tanaman perkebunan merupakan tumbuhan yang dibudidayakan serta memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman perkebunan ini menjadi salah satu sumber pendapatan rakyat Indonesia.
5) Sarana Transportasi. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka meningkat pula berbagai kebutuhan lainnya, seperti ketersediaan transportasi. Di kota-kota besar, kemudahan sarana transportasi sangat diperlukan karena banyak memberikan manfaat dan kemudahan. Seperti untuk mempersingkat waktu serta mengurangi kemacetan lalu lintas.  Sarana transportasi darat yang diperlukan, yaitu jalur kereta api, jembatan, jalan layang (fly over), dan jalan tol yang merupakan jalan bebas hambatan antarkota. Untuk sarana transportasi laut diperlukan adanya pelabuhan. Sementara sarana perhubungan udara memerlukan bandara. Selain itu, diperlukan juga sarana jalan yang baik untuk menuju tempat-tempat tersebut.
c. Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia
Garis yang tampak pada globe adalah garis lintang (paralel) dan garis bujur (meridian). Garis lintang adalah garis khayal yang melingkari bumi, seolah membelah bumi menjadi belahan bumi bagian utara atau Lintang Utara (LU) dan belahan bumi bagian selatan atau Lintang Selatan (LS). Garis bujur adalah garis khayal membujur yang membelah bumi menjadi belahan barat atau Bujur Barat (BB) dan belahan timur atau garis Bujur Timur (BT). Belahan garis Bujur Barat (BB) dan garis Bujur Timur (BT) berpusat pada 08 yang melalui Kota Greenwich dekat London, Inggris. Oleh karenanya, kota itu ditetapkan sebagai penentu waktu internasional.
Garis bujur yang ada di muka bumi berjumlah 360 buah, terdiri atas 180 buah di sebelah barat belahan bumi dan 180 buah di sebelah timur belahan bumi. Jarak antara garis yang satu dengan yang lainnya adalah 18. Setiap satu derajat memiliki selisih waktu 4 menit. Setiap 158 memiliki selisih waktu 15 x 4 menit = 60 menit atau 1 jam. Jadi, permukaan bumi dibagi 24 daerah waktu (360 : 15). Tiap-tiap daerah waktu selisihnya 1 jam. Jika berdasarkan pada ketentuan umum, pembagian wilyah waktu di dunia adalah 18 selisih 4 menit. Jadi, wilayah Indonesia yang terletak pada garis bujur 958 BT – 1418 BT mempunyai panjang busur 468 sama dengan 46 x 4 menit = 184 menit atau 3 jam 4 menit dibulatkan 3 jam.
4) Waktu Indonesia Barat (WIB)
Wilayah waktu ini terletak pada 1058 BT. Selisih waktu 7 jam lebih awal daripada waktu Greenwich (GMT). Wilayah meliputi seluruh Provinsi Sumatra, seluruh Provinsi Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Madura, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
5) Waktu Indonesia Tengah (WITA)
Wilayah waktu ini terletak pada 1208 BT. Selisih waktu 8 jam lebih awal dari pada waktu Greenwich (GMT). Wilayahnya meliputi seluruh Provinsi Sulawesi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, NTB, dan NTT.
6) Waktu Indonesia Timur (WIT)
Wilayah waktu ini terletak pada 1358 BT. Selisih waktu 9 jam lebih awal dari pada waktu Greenwich (GMT). Wilayahnya meliputi Maluku dan Papua serta pulau-pulau kecil disekitarnya. Perhitungan waktu menurut standar internasional yang berlaku adalah GMT (Greenwich Meridian Times) yang berada pada garis bujur 08. Oleh karena itu, wilayah Indonesia yang terletak di sebelah timur Greenwich, waktunya lebih cepat dari pada GMT. Apabila kamu mengamati acara televisi pada saat pergantian tahun baru, akan tampak sekali adanya perbedaan waktu di wilayah Indonesia.
Jadi, jika di Kota Medan (WIB) menunjukkan pukul 08.00, maka di Kota Denpasar (WITA) adalah pukul 09.00 (08.00 + 1 jam) dan di Kota Ambon (WIT) pukul 10.00 (08.00 + 2 jam). Sebaliknya, jika di Kota Jayapura Papua (WIT) pukul 10.00, maka di Kota Kupang NTT (WITA) adalah pukul 09.00 (10.00 - 1 jam) dan di Kota Padang (WIB) adalah pukul 08.00 (10.00 - 2 jam). Dengan demikian, jika kita bepergian ke daerah yang berbeda wilayah pembagian waktunya, tentu kita harus menyesuaikannya. Caranya dengan memutar jam yang kita pakai menjadi mundur atau maju 1 jam.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Suarmika (2016) dalam jurnalnya yang berjudul “model kooperatif GI berbasis outdoor study meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA SD” menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif learning tipe GI baik digunakan dalam pembelajaran IPA pokok bahasan pengaruh lingkungan pada siswa kelas IV SDN 2 Tribungan, hal ini terbukti dari aktivitas belajar siswa yang cenderung semakin meningkat selama pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus. Persentase keaktifan secara klasikal pada siklus I adalah 65% dan persentase keaktifan pada siklus II adalah 90%. Peningkatan aktivitas belajar siswa yang terjadi antara siklus I dan siklus II sebesar 25 %. Model pembelajaran kooperatif tipe GI berbasis outdoor study dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan pengaruh lingkungan pada siswa kelas IV SDN 2 Tribungan, hal ini terbukti dari ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 57%, siswa yang tuntas belajar secara individu sebanyak 20 siswa dan 43% yang tidak tuntas secara individu sebanyak 15 siswa, sedangkan pada siklus II ketuntasan secara klasikal mencapai 94,3%, siswa yang tuntas belajar secara individu sebanyak 33 siswa dan 5,7% yang tidak tuntas secara individu sebanyak 2 siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang terjadi antara siklus I dan siklus II sebesar 37,3%.
Kurniawati (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “penerapan metode outdoor study untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ipa siswa kelas IV SD Negeri 01 taji tahun ajaran 2014/2015”, berdasarkan hasil penelittian dan hasil pembahasan penelitian pada pelaksanaan pembelajaran kedua siklus dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Outdoor Study dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan sekitar sekolah materi Struktur Bagian Tumbuhan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Taji Tahun Ajaran 2015/2016. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan menjadi 87,50%. Sedangkan aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok meningkat menjadi 90,62%. Dan aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran meningkat menjadi 87,50%. Untuk hasil belajar juga mengalami peningkatan , peningkatan terjadi dari 6 siswa atau 37,50% yang mendapatkan nilai ≥70 sebelum pra siklus meningkat menjadi 14 siswa atau 87,50% yang mendapatkan nilai ≥70, dan hal ini berarti memenuhi KKM. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Penerapan metode Outdoor Study dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Taji” dapat diterima atau terbukti kebenarannya.
Asiah (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “penerapan metode out door activity dalam pembelajaran ipa untuk meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar” menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas II SDN Kepanjen I Jombang setelah menerapkan metode outdoor activity dalam pembelajaran IPA sudah baik. Hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan dari persentase ketuntasan klasikal yang hanya 61% pada siklus I meningkat menjadi 95,12% pada siklus II. Selanjutnya, hasil belajar afektif pada siklus I dengan persentase 74% meningkat pada siklus II menjadi 84%. Begitu juga dengan hasil belajar psikomotor pada siklus I yang hanya mencapai persentase 71% meningkat pada siklus II menjadi 81%. Aktivitas siswa mengalami peningkatan pada siklus I dengan persentase 72,80% meningkat pada siklus II menjadi 88%. Hasil pada siklus II ini juga sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti. Respon siswa kelas II SDN Kepanjen I Jombang pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode outdoor activity sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban siswa pada angket respon siswa, jawaban siswa merasa senang dan tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan metode outdoor activity sehingga mereka menjadi lebih semangat untuk belajar.
C. Kerangka Berpikir
Penulis menerapkan model pembelajaran outdoor study dalam pembelajaran IPS melalui siklus I dan siklus II. Siklus I dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa. Sedangkan siklus II dilaksanakan untuk membuktikan keefektifan model pembelajaran outdoor study dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa.
Guru dalam mengajarkan IPS pada siswa kelas SD Negeri 10 Tanjung Keliling masih konvensional dan kurang bervariasi. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah tanpa ada model pembelajaran yang digunakan sehingga menempatkan guru sebagai pusat informasi. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang berdampak pada partisipasi belajar siswa yang rendah.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis berusaha mencari pemecahannya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran outdoor study untuk meningkatkan partisipasi belajar IPS siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran outdoor study dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa dalam belajar dan pembelajaran yang memungkinkan dikembangkanya keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan masalah. Penerapan model pembelajaran outdoor study ini diharapkan akan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS dikelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling. Secara garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 2.1.










D. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2013: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan dari didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dirumuskan sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut: “model pembelajaran outdoor study dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling Tahun Pelajaran 2018/2019”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif deskriptif yang artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Moleong (2012: 6) penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dapat disimpulkan penelitian kualitatif deskriptif sebagai penelitian yang dilakukan dalam bentuk kata-kata sesuai dengan fenomena yang terjadi di lingkungan yang sebenarnya tanpa direkayasa atau berlangsung secara alamiah.
B. Metode dan bentuk penelitian
1. Metode Penelitian
Sugiyono (2013: 3) menyatakan bahwa secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Prosedur atau proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah berawal dari pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis penafsiran data tersebut.
Mukhtar (2013: 10) mengatakan metode penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada suatu saat tertentu. Sedangkan menurut Suryabrata (2015: 75) metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Jadi metode deskritiptif dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk makna. Makna adalah data yang sebenarnya merupakan data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
2. Bentuk Penelitian
a. Pengertian Penelitian PTK
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yang umumnya disingkat dengan PTK (dalam bahasa inggris disebut Classroom Action Research disingkat CAR). Adalah penelitan tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki tujuan mutupraktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi dikelas, dilakukan pada situasi alami.
Menurut Suharsimi (Haryono, 2015: 24) menjelakan PTK melalui gabungan defenisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + ”Tindakan” + ”Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penelitian: kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bemanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
2) Tindakan: sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.
3) Kelas: sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum dilaboratorium, atau belajar ditempat lain dibawah arahan guru.
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Kunandar (Taniredja, dkk. 2010: 18-19) bahwa PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).
2) Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).
3) Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).
4) Cliclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).
5) Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
6) Pengkajian terhadap dampak tindakan.
7) Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.
8) Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
9) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
10) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari tahap perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.
c. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK)
McNiff (Arikunto,dkk. 2015: 197) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah perbaikan. Kata perbaikan disini terkait dengan  memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1) Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran.
2) Menumbuh kembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih pro aktif mencapai solusi akan permasalahan pembelajaran.
3) Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga para pendidik dan kependidikan. Khususnya mencari solusi masalah pembelajaran.
4) Meningkatkan kalaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.
d. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Arikunto (Taniredja, dkk. 2010: 21) menyebutkan bahwa manfaat PTK antara lain dapat dilihat dan dapat dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan/atau pembelajaran di kelas antara lain:
1) Inovasi pembelajaran.
2) Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional.
3) Peningkatan profesionalisme pendidikan.
e. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang ia lakukan dikelas. Dengan penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Peneliti menggunakan bentuk PTK karena masalah yang ditemukan adalah masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga perlu diambil langkah PTK. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada gambar 3.1.











       (Arikunto, dkk, 2015 : 42 )
Gambar 3.1. Siklus Pelaksanaan Tindakan
Dari siklus perencanaan kegiatan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pada setiap siklusnya dapat diamati secara lebih spesifik hasil yang diperoleh dari setiap tahap pelaksanaan PTK. Untuk lebih jelasnya mengenal tahap-tahap penelitian ini dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini, penulis melakukan tindakan perencanaan sebagai berikut:
a) Membuat Rencana Program Pelaksanaan (RPP).
b) Merancang strategi pembelajaran dengan model outdoor study pada mata pelajaran IPS.
c) Penulis mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi guru, lembar observasi siswa, lembar wawancara guru, lembar wawancara siswa dan lembar tes.
2) Tahap Pelaksanaan (Action)
a) Guru terlebih dahulu melakukan Orientasi yaitu berupa:
Tahap Persiapan:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Menyiapkan tempat dan media yang ada di luar lingkungan.
3. Menentukan cara belajar siswa.
Tahap Pelaksanaan:
1. Pelajaran diawali dengan salam dan berdo’a.
2. Mengabsen siswa.
3. Guru menyampaikan pembelajaran dengan model pembelajaran outdoor study.
4. Melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari.
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
6. Menjelaskan materi tentang keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan media peta.
7. Meminta siswa menunjukkan pada peta pembagian wilayah waktu di Indonesia
8. Siswa memperhatikan penjelasan guru di dalam kelas
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang pembagian wilayah waktu di Indonesia menggunakan dengan media peta.
10. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk berjalan dengan rapi dan tertib untuk belajar di luar kelas.
11. Siswa mengamati objek studi atau melakukan aktivitas sesuai yang diarahkan oleh guru.
12. Melibatkan peserta didik aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
13. Masing-masing siswa dibagi LKS (Lembar Kerja Siswa).
14. Guru meminta kepada semua siswa untuk mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru selama pembelajaran berlangsung di dalam LKS.
Tahap Evaluasi:
1. Guru dan siswa membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan di dalam kelas.
2. Siswa memberikan kesimpulan dengan bimbingan Guru
3. Guru meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar.
4. Guru memberikan penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang dicapainya.
5. Memberikan tugas rumah (PR) kepada siswa untuk menggambar peta Indonesia beserta simbol-simbolnya.
3) Tahap Pengamatan (Observing)
Kegiatan observasi dilakukan bersama pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan ini, penulis mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa. Dalam melakukan observasi, penulis dibantu pengamat lain yang turut dalam mengamati jalannya pembelajaran berdasarkan lembar observasi guru dan siswa yang telah disiapkan oleh penulis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dalam melakukan penerapan model pembelajaran outdoor study pada mata pelajaran IPS.
4) Tahap Refleksi (Reflection)
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mengkaji segala hal yang terjadi dengan menganalisis, memahami, menjelaskan, menyimpulkan tes, hasil pengerjaan LKS, observasi, dan wawancara. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Hasil dari kegiatan refleksi ini dijadikan acuan untuk menentukan solusi untuk siklus selanjutnya.
5) Pelaksanaan Siklus Selanjutnya
Pelaksanaan siklus selanjutnya ini merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. prosedur yang dilaksanakan dan materi yang diajarkan pada siklus selanjutnya tetap sama dengan siklus I. Namun ada sedikit perubahan dan perbaikan baik dalam pengimplementasian metode pembelajaran yang diterapkan maupun instrument penilaian yang digunakan. Sehingga dengan adanya perubahan dan perbaikan tersebut, kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I tidak terulang pada siklus selanjutnya. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
C. Subjek dan Objek
1. Subjek
Menurut Arikunto (2007: 152) subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting kedudukannya di dalam penelitian, subjek penelitian harus ditata sebelum penulis siap untuk mengumpulkan data. Subjek penelitian dapat berupa benda, hal atau orang. Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa-siswi kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling Tahun Pelajaran 2018/2019 yang terdiri atas 7 orang siswa, diantaranya 2 siswi perempuan dan 5 siswa laki-laki.
2. Objek
Menurut Sugiyono (2013: 20) objek penelitian adalah sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran IPS pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia di kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling Tahun Pelajaran 2018/2019.
D. Latar Penelitian
Lokasi tempat melaksanakan penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling. Sekolah Dasar ini terletak di Desa Tanjung Keliling Kecamatan Seberuang Kabupaten Kapuas Hulu. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Tempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam ruang kelas V, yaitu pada waktu kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS yang berlangsung di SD Negeri 10 Tanjung Keliling.






Sumber: Denah SD Negeri 10 Tanjung Keliling
Gambar 3.2 Denah Sekolah Dasar Negeri 10 Tanjung Keliling
E. Variabel penelitian
Sugiyono (2011: 38) suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas menurut Sugiyono (2013: 39) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran outdoor study.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat menurut Sugiyono (2013: 39) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini ada 2 yaitu motivasi dan hasil belajar kognitif siswa.
F. Data Dan Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berdasarkan hasil dari wawancara dengan guru dan dengan melakukan observasi dengan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Tanjung Keliling.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah proses penghimpunan data melalui penelusuran dokumen-dokumen sekolah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Yaitu nilai mid semester I tahun pelajaran 2017/2018 pada siswa kelas V SD Negeri 10 Tanjung Keliling.
G. Teknik dan alat pengumpul data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Teknik Observasi Langsung (Direct  Observation)
Salah satu alat pengumpulan data terpenting dalam penelitian tindpakan kelas adalah observasi, yang merupakan dasar memperoleh fakta sebelum menggunakan teknik pengumpulan data lainnya. Observasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki dan diteliti.
Menurut Sudjana (2009: 85) observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. Tujuan dari observasi langsung yaitu untuk mengamati siswa dan guru secara langsung untuk memperoleh gambaran keaktifan siswa dan keaktifan guru dalam proses belajar mengajar berlangsung melalui penerapan model pembelajaran outdoor study.
b. Teknik Pengukuran
Menurut Nawawi (Mindang, 2011: 44) mengatakan bahwa teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu. Teknik pengukuran biasanya diberikan dalam bentuk soal tertulis.
c. Teknik Komunikasi Langsung
Teknik komunikasi langsung merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moleong (2012: 186). Komunikasi langsung adalah salah satu cara menggali data. Komunikasi langsung adalah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab melalui subjek penelitian tentang permasalahan yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.
d. Teknik Studi Dokumenter
Teknik studi dokumenter adalah cara mengumpul data yang dilakukan dengan katagorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Nawawi (Mindang 2011:44)
Berdasarkan pendapat diatas dan memperhatikan jenis data yang hendak dikumpulkan, maka teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik pengukuran, teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung dan dokumentasi.
2. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Lembar Observasi
Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2013: 145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan sesuatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran. Pelaksanaan observasi berpedoman pada pedoman observasi. Pedoman observasi berisi pada indikator-indikator hal yang diamati. Hal yang diamati ada 2 aspek yakni observasi terhadap aktivitas guru pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran outdoor study dan observasi aktivitas siswa untuk melihat seberapa besar motivasi belasar siswa. Lembar observasi guru dan siswa dituangkan dalam indikator masing-masing.
b. Soal Tes
Menurut Arikunto (2013: 46) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
c. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah sejumlah konsep pertanyaan tertulis yang disusun sedemikian rupa oleh pihak pewawancara berkenaan dengan masalah penelitian. Pedoman wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran outdoor study.
d. Dokumentasi
Sugiyono (2013: 329) menyatakan bahwa dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental.
H. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik. Denzin (Moleong, 2012: 330) menyatakan triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dibedakan menjadi empat teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
1. Tringulasi Sumber
Menurut Patton (Moleong, 2012: 330) triangulasi sumber bearti membandingkan data mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan : 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; 3) membandingkan hasil wawancara dengan hasil suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi Metode
Menurut Patton (Moleong, 2012: 331) terdapat dua strategi yaitu: 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data ; 2) pengecekkan derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode yang sama.
3. Triangulasi Penyidik
Triangulasi penyidik ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. pemanfaatan pengamat lainya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
4. Triangulasi Teori
Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2012: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Jadi, kesimpulan dari keempat teknik triangulasi agar peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, penyidik dan teori. Peneliti dapat melakukan seperti: 1) mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan; 2) mengeceknya dengan berbagai sumber data; 3) memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.
I. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah kegiatan mengordinasikan dan memilah data penelitian yang diperoleh dari lapangan. Menurut Moleong (2012: 280) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
1. Analisis Lembar Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran. Pelaksanaan observasi berpedoman pada pedoman observasi. Pedoman observasi berisi indikator-indikator hal yang diamati. Hal yang diamati ada 2 aspek yakni observasi terhadap aktivitas guru pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran outdoor study dan observasi motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Lembar observasi guru dan siswa dituangkan dalam indikator yang diamati dalam lembar observasi guru dan lembar observasi siswa dengan pilihan jawaban menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono (2013: 134). Dengan menggunakan rumus presentasi berikut:
Keterangan:
DP= Deskriptif Persentase (%)
n = Skor empirik (Skor yang diperoleh)
N = Skor Ideal untuk setiap item pertanyaan
(Sumber: Trianjaya, 2012: 9)
Untuk menentukan jenis deskriptif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dan perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan kedalam kalimat Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria.
Tabel 3.1 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase
No.
Persentase
Kriteria
1.
75%-100%
Sangat Baik
2.
50%-75%
Baik
3.
25%-50%
Cukup Baik
4.
1%-25%
Kurang Baik
(Sumber: Trianjaya, 2012: 9)
2. Analisis Hasil Tes
Tes Hasil belajar dilaksanakan pada akhir siklus. Dalam penelitian ini, hasil tes digunakan untuk mengukur ada tidaknya peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada materi kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Tanjung Keliling setelah diterapkannya model pembelajaran outdoor study. Hasil tes siswa dianalisis secara kuantitatif. Hasil tes kemudian dideskripsikan dan dihitung rata-rata tes siswa tersebut. Jika hasil tes siswa mengalami kenaikan sesuai standar nilai yang telah ditentukan, maka diasumsikan dengan menerapkan model pembelajaran outdoor study dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Hasil tes juga digunakan sebagai bahan refleksi dan pertimbangan guna menentukan ada tindakan lanjutan. Adapun cara mencari rata-rata dari sekumpulan nilai yang diperoleh siswa dapat menggunakan rumus mean (M). Menurut Sudijono (Kurnianto, 2013: 66-67), adalah sebagai berikut:
M =
Keterangan:
M = Rerata
x = Jumlah seluruh skor
N = Jumlah siswa
Selanjutnya untuk menghitung persentase siswa yang lulus adalah sebagai berikut :
P = x 100%
Keterangan :
P = Angka Persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (jumlah siswa
   yang mencapai nilai ≥ KKM)
N = Banyaknya individu dalam subjek penelitian
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mengunakan ketuntasan klasikal dengan rumus :
x 100%
Keterangan :
X =  presentase ketuntasan klasikal
Np = jumlah siswa yang tuntas
N = jumlah seluruh siswa
Setelah ditentukan data dari hasil perhitungan maka dimasukan pada skala lima untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa yakni sebagai berikut :
        Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Tingkat keberhasilan
Arti
90% ≤ NR ≤ 100%
Sangat baik
80% ≤ NR < 90%
Baik
70% ≤ NR < 80%
Cukup
60% ≤ NR < 70%
Kurang
0% ≤ NR < 60%
Sangat Kurang
     (Sumber:Wirda, 2013 : 42)
DAFTAR PUSTAKA
Agustika, M. D. 2016. “Penerapan Metode Outdoor Study Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Sentolo”. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 08:00:00 GMT di alamat web:
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/social-studies/article/download/3927/3569
Arikunto, S.2013.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asiah, S & Mintohari. 2014. ”Penerapan Metode Outdoor Activity Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal PGSD. Volume 02. Nomor 03. (Online). Diakses pada tanggal 17 April 2018 jam 09:30:00 GMT di alamat web: http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/12224
Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Elmirawati, Dkk. 2013. “Hubungan Antara Aspirasi Siswa Dan Dukungan Orangtua Dengan Motivasi Belajar Serta Implikasinya Terhadap Bimbingan Konseling”. Jurnal Ilmiah Konseling. Volume. 2. Nomor. 1 (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 22:35:00 GMT di alamat web: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
Fitri, R, dkk. 2014. Penerapan Strategi The Firing Line Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Batipuh. Jurnal Pendidikan Matematika. Volume. 3. Nomor. 1. (Online). Diakses pada tanggal 20 April 2018 jam 02:00:00 GMT di alamat web:
ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/download/1214/906
Firmansyah, D. 2015. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Unsika. Volume. 3 Nomor 1. (Online). Diakses pada tanggal 20 April 2018 jam 03:00:00 GMT di alamat web: journal.unsika.ac.id/index.php/judika/article/download/199/197
Hamalik, O. 2013. Proses BelajarMengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Kurnianto, Y.,P. 2013. “Peningkatan Prestasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)Pada Siswa Kelas VSDN Bronggang, Cangkringan Sleman”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (online). Diakses pada
tanggal 8 April 2017 jam 15:15:30 GMT di alamat web: (http://eprints.uny.ac.id/15483/1/skripsi.pdf).
Kurniawati, H. I. 2015. “Penerapan Metode Outdoor Study Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Taji Tahun Ajaran 2014/2015”. Naskah Publikasi Ilmiah. Surakarta: Univeristas Muhammadiyah Surakarta. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 14:00:00 GMT di alamat web:
http://eprints.ums.ac.id/32914/19/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Mendari, S. M. & Kewal, S. S. 2015. “Motivasi Belajar Pada Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Volume. XIII. Nomor. 2. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 08:20:00 GMT di alamat web: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/10304/7971
Mindang, Y. 2011.“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup Di Kelas VII SMP Panca Setya 1 Sintang Tahun Pelajaran 2010/2011 ”.Skripsi.Sintang: Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Persada Khatulistiwa Sintang Kalimantan Barat.
Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP Press Group).
Mu’milah, A & Arifien, M. 2014. “Studi Komparasi Tentang Pembelajaran Menggunakan Metode Outdoor Study Dengan Metode Konvensional Bermediakan Slide Power Point Materi Lingkungan Hidup Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 01 Kersana Tahun 2014/2015”. Jurnal Edu Geography. Volume. 3. Nomor. 1. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 22:30:00 GMT di alamat web: https://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/edugeo/7282
Nurbudiyani, I.  2013. “Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah Palangkaraya”. Jurnal Pendidikan. Volume. 8. Nomor. 2. (Online). Diakses pada tanggal 20 April 2018 jam 02:40:00 GMT di alamat web: (jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/pedagogik/vol/29/29).
Rafiqah, M. 2012. “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar”. Artikel Penelitian. Lampung: FKIP Universitas Lampung”. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 08:30:00 GMT di alamat web: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/download/1661/1063
Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sejati, A. E. Dkk. 2016. “Pengaruh Metode Pembelajaran Outdoor Study Terhadap Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Geografi SMA”. Jurnal Pendidikan. Volume. 1 Nomor. 2. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 08:30:00 GMT di alamat web: https://media.neliti.com/media/publications/211605-pengaruh-metode-pembelajaran-outdoor-stu.pdf
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suarmika, P. E. & Faliyandra, F. 2016. “Model Kooperatif GI Berbasis Outdoor Study Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA SD”. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. Volum 1 Nomor 2. (Online). Diakses pada tanggal 19 April 2018 jam 10:33:00 GMT di alamat web: https://media.neliti.com/media/publications/181402-ID-model-kooperatif-gi-berbasis-outdoor-stu.pdf
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: BumiAksara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, S. 2015.Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Taniredja, T., Pujiati, I., dan Nyata. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik, Praktis, Dan Mudah. Bandung: Alfabeta
Trianjaya, B. 2012. “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Teori Di Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) SMKN 2 Yogyakarta  Dan SMKN 2Wonosari”.Artikel Ilmiah. (Online). Diakses pada tanggal 10 April 2017 jam 08:16:00 GMT di alamat web: (http://eprints.uny.ac.id/8498/)
Wirda, dkk. 2013. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas II SD Inpres 2 Mepanga Kecamatan Mepanga”. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Volume. 4. Nomor. 6. (Online). Diakses pada tanggal 10 April 2017 jam 08:40:00 GMT di alamat web:
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=296153

Share:

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Unordered List

Pages

Theme Support